Selasa, 11 Maret 2014




    Alhamdulillah, untuk masalah pertama mengenai menyatakan cinta. Islam memandang cinta sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah fitrah, sedang itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh dihati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta itu diutarakan. Hanya saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Dimana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Hal ini menjadi suatu tuntunan dalam menjalankan agama, bahkan ketika hamba Allah jatuh cinta pernikahan adalah solusinya. Karena tidak ada yang mententramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali bisa bersamanya setiap saat. Kebersamaan itu bisa terwujud oleh tali pernikahan. Sehingga tentramlah hati.

" cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang menusia untuk saling.... (saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian, dll). Cinta itu sendiri sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat berjalan apabila ke-2 belah pihak melakukan "saling" tersebut... cinta tidak dapat berjalan apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan kita pasti menginginkan sesuatu lebih dan itu hanya bisa didapat dari pengertian pasangannya." Itulah sepenggal kata bagi sang pujangga jaman ini yang telah jauh sangat menyimpang dari arti cinta islam yang kaffah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
" Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kalian sebagai khalifah di atas kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-haitlah kalian terhadap dunia dan wanita karena sungguh awal fitnah Bani Israil dari kaum wanita."

Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi menusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan. Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah disebutkan oleh sebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia diberi pahala, orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala syahid di akhirat....

Yang perlu digaris bawahi disini, bahwa Cinta atau kecenderungan hati itu adalah hiasan yang Allah beri kepada manusia. Terkadang ia bisa muncul karena sesuatu yang asalnya haram seperti pandangan kepada bukan mahromnya, berkhalwat, adanya tabarruj oleh si wanita, ikhtilat, atau lainnya. Maka yang terganjar adalah amalan-amalan haram. Jika ia segera bertaubat dengan benar maka Allah mengampuninya, sedangkan rasa yang masih membekas di hatinya itu disyariatkan agar ia tahan dan simpan, ia menjaga kehormatan dirinya dengan tidak mengarahkan hasrat hatinya kepada suatu amalan yang haram selanjutnya. Misalnya melanjutkan dengan pembicaraan, penyampaian, pandangan lanjutan, hingga amalan zina lainnya yang lebih jauh. Pernyataan cintakepada yang belum berhak untuk mendapatkannya, itu adalah salah satu bentuk mewujudkan apa yang ada di hatinya itu menjadi suatu amalan dhahir yang terganjar.

ANTARA TA'ARUF DAN CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM

Kutipan ke dua seorang pujangga :
" Cinta itu sebuah perasaan yang tidak ada seorang pun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenal cinta, kita akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia ini. Akan tetapi, bila cinta kita tak terbalas, kita akan merasa bahwa kita adalah orang paling malang dan kita akan kehilangan gairah hidup. Dengan cinta, kita bisa belajar untuk menghargai sesama, serta berusaha untuk melindungi orang yang kita cintai, apapun yang akan terjadi pada kita."

Kemudian dalam syariat islam :
" Bolehkah dalam ta'aruf menyatakan kesungguhan akan menikahi (datang melamar) tapi masih agak lama (beberapa bulan - tahun) karena suatu alasan tertentu ?

Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda :
" Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan (ba-ah) maka hendaklah dia menikah karena sesungguhnya menikah lebih menjaga kemaluan dan barangsiapa yang belum memiliki kemampuan maka hendaknya dia berpuasa karena berpuasa merupakan tameng baginya."

(HR. Bukhari  Muslim) :
Beliau menyerukan ini kepada para pemuda yang telah memiliki kemampuan, termasuk di dalamnya adalah kemampuan seksual, nafkah, dan tanggung jawab lainnya dalam pernikahan. Tapi kemudia Rasulullah menjadikan puasa sebagai tameng bagi yang belum mampu. Belum mampu apa? Justru diserukan agar berpuasa, adalah untuk menahan kemampuan seksualnya yang telah ada, tapi ia belum mampu dalam hal-hal lainnya.

Dalam hal keadaan ikhwan tersebut, maka kita bisa katakan dia sebenarnya belum siap untuk menikah, karena masih terhambat suatu urusan yang belum pasti selesainya.
Maka hendaknya ikhwah memperhatikan kemampuan dirinya, jika ia telah mengutarakan perasaannya pada sang ikhwan maka hendaknya sang ikhwah harus segera meminangnya, dan memenuhi semua nafkah, seksual, dan tanggung jawab dalam bak suatu akad pernikahan.

BALADA KISAH CINTA ALI - SAYIDAH SITI FATIMAH AZAHROO

Ali bin Abu Thalib menikahi Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW, kala usianya 23 tahun dan fatimah 18 tahun. Dalam usia yang amat belia, Fatimah berhasil tampil sebagai istri yang kokoh mendampingi suaminya dalam segala keadaan. Ia pun sukses menjadi pendidik terbaik bagi anak-anaknya.
Atas nama cinta suci, mereka berdua menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kesederhanaan. Fatimah tidak pernah mengeluh kala menggiling tepung hingga tangannya melepuh. Ia pun tak pernah menangis kala menimba air hingga pundaknya nyeri. Ia ikhlas duduk disamping tungku saat memasak hingga pakaiannya penuh noda asap dan debu.
Tidak ada tempat tidur untuk mereka kecuali selembar kulit domba yang dijadikan alas tidurnya. Namun, atas nama cinta suci, keduanya mampu menjalani semua itu dengan penuh bahagia. Saat Fatimah meninggal dunia lebih dulu, Ali tetap memegang cinta suci Fatimah. Ia memilih tidak menikah lagi. Ali dan Fatimah adalah dua pribadi yang terkenal karena kezuhudan, kedermawanan, kebijaksanaan, kesucian, dan keluasan ilmunya. Banyak sekali hadits Rasulullah SAW yang menempatkan kedua pribadi agung ini sebagai sumber inspirasi cinta bagi siapa pun yang ingin meraih keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

Itulah rahyu kisah Ali dan Fatimah, mungkin kah ada kisah yang semulia dan secantik Ali dan Fatimah ? cinta yang suci dibanding Romeo dan Juliet, cinta yang romantis dibanding Qiyas dan Laila..
Alhamdulillah semoga Allah memberkahi kita semua..

PEMBAGIAN CINTA

" Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran (3) : 14)

1. Sesuai syariat Cinta yang sesuai syariah akan mengarahkan manusia untuk menyayangi yang lemah dan melindungi yang tua, mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman.
2. Tidak sesuai syariat Cinta tanpa iman hanya memenuhi tuntutan syahwat semata (hawa nafsu). Cinta seperti ini tidak kekal dan biasanya bersifat materi.