Alhamdulillah, untuk
masalah pertama mengenai menyatakan cinta. Islam memandang cinta sebagai
sesuatu yang biasa dan sederhana. Islam adalah fitrah, sedang itu sendiri
adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh
dihati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan
mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta itu diutarakan. Hanya
saja, Islam menyediakan penyaluran untuk itu melalui lembaga pernikahan. Dimana
sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta. Hal ini menjadi suatu
tuntunan dalam menjalankan agama, bahkan ketika hamba Allah jatuh cinta
pernikahan adalah solusinya. Karena tidak ada yang mententramkan hati bagi
seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali bisa bersamanya setiap
saat. Kebersamaan itu bisa terwujud oleh tali pernikahan. Sehingga tentramlah
hati.
" cinta adalah sebuah perasaan yang
diberikan oleh Tuhan pada sepasang menusia untuk saling.... (saling mencintai,
saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian, dll). Cinta itu sendiri
sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat berjalan apabila ke-2
belah pihak melakukan "saling" tersebut... cinta tidak dapat berjalan
apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan
kita pasti menginginkan sesuatu lebih dan itu hanya bisa didapat dari
pengertian pasangannya." Itulah sepenggal kata bagi sang pujangga jaman
ini yang telah jauh sangat menyimpang dari arti cinta islam yang kaffah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
" Sesungguhnya dunia itu manis dan
hijau dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kalian sebagai khalifah di atas
kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerhatikan amalan kalian. Maka
berhati-haitlah kalian terhadap dunia dan wanita karena sungguh awal fitnah
Bani Israil dari kaum wanita."
Allah tidak akan menyiksa manusia dalam
kecenderungan hatinya. Akan tetapi menusia akan disiksa dengan sebab jika
kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan. Adapun cinta
yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah
disebutkan oleh sebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai
seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka
dia diberi pahala, orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun
perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya
sebab dia tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar
atasnya sampai mati karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala
syahid di akhirat....
Yang perlu digaris bawahi disini, bahwa
Cinta atau kecenderungan hati itu adalah hiasan yang Allah beri kepada manusia.
Terkadang ia bisa muncul karena sesuatu yang asalnya haram seperti pandangan
kepada bukan mahromnya, berkhalwat, adanya tabarruj oleh si wanita, ikhtilat,
atau lainnya. Maka yang terganjar adalah amalan-amalan haram. Jika ia segera
bertaubat dengan benar maka Allah mengampuninya, sedangkan rasa yang masih
membekas di hatinya itu disyariatkan agar ia tahan dan simpan, ia menjaga
kehormatan dirinya dengan tidak mengarahkan hasrat hatinya kepada suatu amalan
yang haram selanjutnya. Misalnya melanjutkan dengan pembicaraan, penyampaian,
pandangan lanjutan, hingga amalan zina lainnya yang lebih jauh. Pernyataan cintakepada
yang belum berhak untuk mendapatkannya, itu adalah salah satu bentuk mewujudkan
apa yang ada di hatinya itu menjadi suatu amalan dhahir yang terganjar.
ANTARA TA'ARUF DAN
CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM
Kutipan ke dua seorang pujangga :
" Cinta itu sebuah perasaan yang
tidak ada seorang pun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik
perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenal cinta, kita akan menjadi orang
yang paling berbahagia di dunia ini. Akan tetapi, bila cinta kita tak terbalas,
kita akan merasa bahwa kita adalah orang paling malang dan kita akan kehilangan
gairah hidup. Dengan cinta, kita bisa belajar untuk menghargai sesama, serta
berusaha untuk melindungi orang yang kita cintai, apapun yang akan terjadi pada
kita."
Kemudian dalam syariat islam :
" Bolehkah dalam ta'aruf menyatakan
kesungguhan akan menikahi (datang melamar) tapi masih agak lama (beberapa bulan
- tahun) karena suatu alasan tertentu ?
Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam
bersabda :
" Wahai para pemuda barangsiapa
diantara kalian yang telah memiliki kemampuan (ba-ah) maka hendaklah dia
menikah karena sesungguhnya menikah lebih menjaga kemaluan dan barangsiapa yang
belum memiliki kemampuan maka hendaknya dia berpuasa karena berpuasa merupakan
tameng baginya."
(HR. Bukhari Muslim) :
Beliau menyerukan ini kepada para pemuda
yang telah memiliki kemampuan, termasuk di dalamnya adalah kemampuan seksual,
nafkah, dan tanggung jawab lainnya dalam pernikahan. Tapi kemudia Rasulullah
menjadikan puasa sebagai tameng bagi yang belum mampu. Belum mampu apa? Justru
diserukan agar berpuasa, adalah untuk menahan kemampuan seksualnya yang telah
ada, tapi ia belum mampu dalam hal-hal lainnya.
Dalam hal keadaan ikhwan tersebut, maka
kita bisa katakan dia sebenarnya belum siap untuk menikah, karena masih
terhambat suatu urusan yang belum pasti selesainya.
Maka hendaknya ikhwah memperhatikan
kemampuan dirinya, jika ia telah mengutarakan perasaannya pada sang ikhwan maka
hendaknya sang ikhwah harus segera meminangnya, dan memenuhi semua nafkah,
seksual, dan tanggung jawab dalam bak suatu akad pernikahan.
BALADA KISAH CINTA ALI
- SAYIDAH SITI FATIMAH AZAHROO
Ali bin Abu Thalib menikahi Fatimah
az-Zahra, putri Rasulullah SAW, kala usianya 23 tahun dan fatimah 18 tahun.
Dalam usia yang amat belia, Fatimah berhasil tampil sebagai istri yang kokoh
mendampingi suaminya dalam segala keadaan. Ia pun sukses menjadi pendidik
terbaik bagi anak-anaknya.
Atas nama cinta suci, mereka berdua
menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kesederhanaan. Fatimah tidak pernah
mengeluh kala menggiling tepung hingga tangannya melepuh. Ia pun tak pernah
menangis kala menimba air hingga pundaknya nyeri. Ia ikhlas duduk disamping
tungku saat memasak hingga pakaiannya penuh noda asap dan debu.
Tidak ada tempat tidur untuk mereka
kecuali selembar kulit domba yang dijadikan alas tidurnya. Namun, atas nama
cinta suci, keduanya mampu menjalani semua itu dengan penuh bahagia. Saat
Fatimah meninggal dunia lebih dulu, Ali tetap memegang cinta suci Fatimah. Ia
memilih tidak menikah lagi. Ali dan Fatimah adalah dua pribadi yang terkenal
karena kezuhudan, kedermawanan, kebijaksanaan, kesucian, dan keluasan ilmunya.
Banyak sekali hadits Rasulullah SAW yang menempatkan kedua pribadi agung ini
sebagai sumber inspirasi cinta bagi siapa pun yang ingin meraih keluarga
sakinah mawaddah wa rahmah.
Itulah rahyu kisah Ali dan Fatimah,
mungkin kah ada kisah yang semulia dan secantik Ali dan Fatimah ? cinta yang
suci dibanding Romeo dan Juliet, cinta yang romantis dibanding Qiyas dan
Laila..
Alhamdulillah semoga Allah memberkahi
kita semua..
PEMBAGIAN CINTA
" Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali
Imran (3) : 14)
1. Sesuai syariat Cinta yang sesuai
syariah akan mengarahkan manusia untuk menyayangi yang lemah dan melindungi
yang tua, mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman.
2. Tidak sesuai syariat Cinta tanpa iman hanya memenuhi tuntutan syahwat
semata (hawa nafsu). Cinta seperti ini tidak kekal dan biasanya bersifat
materi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptYowntwLgdgE7AIaI7z9btBE_8sIOC13n57h0A7kLWeY2OP8KqD1ds340M-U1diz7oqWh5mny5ZClp_LyAdL8I8Xfk1hZMOYgbsu6iFoGXLNhrpE6NWv7IziU76NFJ_4Yaci3HMn4rAv/s1600/Tips-Pacaran-Biar-Awet-dan-Langgeng.jpg)
PEMBAGIAN CINTA